Guyang dan Kenangan Baik dari Ayah

Saya tidak ingin menjadi ayah yang hebat. Saya hanya ingin menjadi ayah yang punya kenangan baik bersama anak-anaknya. (aasholah)


Suatu pagi ada tetangga yang ngomong gini:

"Si Aa'Al mah sok di hingkeun wae ai guyang teh."

(Baca: Si Aa'Al mah suka dibiarin aja kalau kotor-kotoran).

Wajar ada yang bilang gitu, karena berbeda dengan orang tua biasanya. Di sini saya beberapa kali mendengar orang tua ngomel karena anaknya guyang.

Di Desa, istilah kotor-kotoran bermain air, lumpur atau pasir sering disebut "guyang". Nah, Aa'Al ini hampir tiap pagi guyang depan rumah.

Memang demikian, semenjak pindah ke pinggiran desa Oktober tahun lalu, Salangit Gumbira (Aa'Al) alias anak pertama saya selalu dikasih waktu untuk main. Tepatnya main air, lumpur atau pasir. Kebetulan tempat tinggal kami memang pinggiran sawah. Jadi, sarana prasarana bermain lumpur sangat mumpuni.

Namanya dekat sawah, tentu tiap pagi banyak orang yang berlalu lalang. Banyak yang pergi ke sawah, berlalu & berlalang depan rumah kami. Istimewanya semenjak itu mereka selalu disajikan pemandangan Aa'Al yang lagi guyang.

Saya sebut istimewa karena anak saya sendiri karena Aa'Al disela sibuknya guyang dia menyempatkan menyapa mereka.


"Ema ..., Abah ...,"

"Abah ..., Ema ...,"


Begitulah kurang lebih. Satu persatu disapa, kadang ada beberapa yang dia salami juga.


"Ema, salim …."

"Abah, salim …."


Karena kebiasaan Aa'Al yang unik ini, dia jadi 'lumayan terkenal' di lingkungan sini. Bahkan beberapa kali Aa'Al disapa warga sini.


"Aa'Al,"

"Aa'Al mau kemana?"


Saya dan Naily heran sendiri, karena belum mengenali orang tersebut. Maklum, saya tak mudah kenal dengan orang lain, dan ini sepertinya antitesa dari anak saya sendiri.

Sampai suatu pagi yang berbeda, Aa'Al main di depan rumah. Tapi dia tidak guyang, hanya berlari kesana-kemari saja, sambil saya suapin.

Karena tidak seperti biasanya, orang yang lewat ada yang bilang seperti ini:


"Aa'Al sok guyang deui atuh."


Di lain hari, ketika sawah depan rumah kami di tandur emak-emaknya pada bilang gini:


"Aa'Al sini guyang, tandur sareng ema."

"Aa'Al guyangnya di sini aja."


°°°


Hm, sebenarnya saya juga tidak tahu, membiarkan Aa'Al guyang tiap pagi itu baik atau tidak.

Namun lucunya, anak kota sana ada yang jauh-jauh ke desa hanya untuk bermain lumpur. Dan orang tuanya rela mengeluarkan budget lebih untuk melakukan hal sederhana itu.

Kami di desa, gratis bos!

Saya tidak ingin menjadi ayah yang hebat. Saya hanya ingin menjadi ayah yang punya kenangan baik bersama anak-anaknya.

Dan ritual guyang ini, semoga menjadi kenangan baik antara saya dengan Aa'Al di kemudian hari.

"Setelah guyang, jangan lupa membasuh diri ya nak."


-Aasholah

Kepuh 15052022 : 18.00


Komentar